Kamis, 01 Oktober 2009

Adakah Sekolah Menjadi Saudagar?

Dalam perhelatan Silaturahmi Saudagar Minang di Padang, 19-21 Oktober 2007, berkisahlah dua orang pengusaha asal Minang.

Basrizal Koto, 48 tahun, pemilik 10 perusahaan di bawah MCB Group, yaitu di bidang penjualan mobil, jasa angkutan darat, properti, penerbitan, serta budi daya sapi dan ikan. Namanya cukup bergema di Riau dan Sumatera Barat, sebagai pemilik harian Riau Mandiri dan radio Mandiri FM di Pekanbaru serta harian Sijori Mandiri di Batam. Plaza Minang, salah satu pusat perdaganan terbesar di Padang, juga kepunyaannya. Pencapaian itu diperolehnya berkat naluri dagang yang terpupuk sedari kecil. Basrizal pernah berjualan kerupuk buatan sang ibu. Pada 1972, saat berusia 13 tahun, ia merantau ke Pekanbaru dan menjadi kondektur opelet. Ia kembali ke tanah Minang dengan merintis jual-beli mobil di Padang, dan mengembangkannya hingga ke Pekanbaru pada 1983. Dari situlah garis tangan Basrizal berubah. Hidupnya kini bergelimang keberhasilan. Yang lain, Haji Junaidi Jaba, pria 51 tahun asal Padang Sibusuk, Sawahlunto, yang kini menetap di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia adalah pemilik enam gerai restoran Sari Ratu di negeri jiran. Ia juga memiliki tujuh perusahaan tekstil yang tersebar di Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Junaidi muda semula hanya pekerja kapal ikan di Dumai, Riau. Garis hidupnya berubah setelah ia merantau ke Singapura pada usia 16 tahun. Di Negeri Singa itu Junaidi bekerja sebagai buruh pembantu di kedai tekstil milik orang Bombay, India. Pemilik toko kemudian mengirimnya ke Korea Selatan untuk belajar desain motif kain. Belakangan, Junaidi malah ditempatkan di Korea Selatan sebagai desainer motif. Pada 1986, ia mulai merintis usaha tekstil sendiri.
Keberhasilan dua saudagar Minang tadi, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, bukti bahwa tidak ada sekolah untuk menjadi saudagar. Bahkan tak sedikit pengusaha berpendidikan rendah. “Yang penting spiritnya,” kata Kalla.

Mungkin benar, tak ada sekolah buat jadi saudagar. Lulusan sekolah bisnis ternama pun belum tentu siap menjadi saudagar. Mereka kadang terhenti dalam status karyawan atau lebih tinggi lagi.

Ada pepatah Minang, “Alam takambang (terkembang/terbentang) jadi guru.” Para saudagar, yang dalam bahasa Sansekerta berarti banyak akal, tentunya bercirikan orang-orang yang telah terlatih sejak kecil memutar akal untuk menaklukkan alam sekitarnya.

Sumber: Majalah Tempo Edisi Khusus 3 Tahun SBY-JK, 29 Oktober-4 November2007

Minggu, 06 September 2009

Dendeng Ikan Tuna

Ikan tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae, tubuhnya seperti cerutu.

mempunyai dua sirip pungung, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah

dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip

punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip

ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung

hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan

agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan

yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Ditjen Perikanan,

1983)

Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan

lemak yang rendah. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6 - 26,2 g/100 g

daging. Lemak antara 0,2 - 2,7 g/100 g daging. Di samping itu ikan tuna

mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan

vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin) Departemen of Health Education and

Walfare (1972 yang diacu Maghfiroh, 2000)

Ikan tuna sangat digemari oleh masyarakat, disamping rasanya yang lezat ikan tuna juga memiliki banyak kandungan gizi.

Dendeng adalah daging yang dipotong tipis menjadi serpihan yang lemaknya dipangkas, dibumbui dengan saus asam, asin atau manis dengan dikeringkan dengan api kecil atau diasinkan dan dijemur. Hasilnya adalah daging yang asin dan semi-manis dan tidak perlu disimpan di lemari es.

Dendeng tuna adalah salah satu diversifikasi produk perikanan.



Senin, 31 Agustus 2009

Mudik

Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi para perantau yang berada diluar kampung halaman untuk kembali kekampung halaman untuk berkumpul & bersilaturahmi bersama keluarga pada hari raya idul fitri. Tak heran sering kita lihat dimana jalur transportasi padat pada saat menjelang idul fitri. mudik adalah moment para perantau untuk berkumpul bersama keluarga, setelah sekian lama berada diluar kampung halaman . momen ini dimanfaatkan oleh pemudik untuk saling bermaaf-maafan baik dengan keluarga sanak saudara dan teman-teman. Namun banyak juga saudara kita yang mungkin karena beberapa hal tidak dapat pulang kekampung halaman untuk merayakan idul fitri kekampung halaman,,mungkin salah satunya adalah aku,,hehe. Maksud hati pengen mudik..hanya atas kehendak Allah. Melihat raut keceriaan dan semangat orang yang akan melakukan mudik,,hatipun turut bahagia. tapi hal yang terbaik adalah doa anak kepada orang tuanya ataupun sebaliknya, doakan buat orang tua kita pada hari yang fitri, mohon maaf lah kepada orang tua kita, dengarkan nasehat mereka,nasehat mereka adalah pituah buat kita. Buat teman-teman dan saudara-saudaraku yang mau mudik,hati-hati dijalan. Semoga Allah melindungi dan merahmati kita semua.Amin. Wallahualam.